22 April 2009

Simbolisasi Ilmu Sadulur Papat Ka Lima Pancer

Simbolisasi ksatria dan ke empat abdinya, serupa dengan Ilmu Sadulur Papat Ka Lima Pancer. Di mana Sedulur Papatnya adalah Punakawan dan yang menjadi ka Lima Pancer adalah Sang Satria. Pancer adalah Poros/tengah yang dihapit oleh dua saudara tua (Kakang Mbarep dan Kakang Kawah) dan dua saudara muda (Adi Ari-Ari dan Adi Wuragil). Ilmu Sadulur Papat Ka Lima Pancer, lahir dari konsep penyadaran akan awal mula manusia (Sangkan Paraning Dumadi). Diawali dari saat-saat menjelang kelahiran. Sebelum sang bayi ( dalam konteks ini adalah pancer) lahir dari rahim ibu, yang muncul pertama kali adalah rasa cemas si ibu. Rasa cemas itu dinamakan kakang mbarep (marmati). Kemudian pada saat menjelang bayi itu lahir, keluarlah cairan bening atau banyu kawah sebagai pelicin untuk melindungi si bayi agar proses kelahiran lancar dan kulit bayi yang lembut tidak lecet atau terluka. Banyu kawah itulah yang lalu disebut Kakang kawah. Setelah bayi lahir akan disusul dengan keluarnya ari-ari dan darah. Ari-ari disebut Adi ari-ari dan darah disebut Adi wuragil.

Ilmu Sadulur Papat Ka Lima Pancer memberi penekanan bahwa, manusia dilahirkan ke dunia ini tidak sendirian. Ada empat saudara yang mendampingi. Pancer adalah sukma sejati dan sedulur papat adalah raga sejati. Bersatunya sukma sejati dan raga sejati melahirkan sebuah kehidupan wujud.

Hubungan antara pancer dan sedulur papat dalam kehidupan wujud digambarkan dengan seorang sais mengendalikan sebuah kereta, ditarik oleh empat ekor kuda, yang berwarna merah, hitam, kuning dan putih. Sais kereta melambangkan kebebasan untuk memutuskan dan berbuat sesuatu. Kuda merah melambangkan energi (semangat), kuda hitam melambangkan kebutuhan rohani, kuda kuning melambangkan kebutuhan biologis, dan kuda putih melambangkan keheningan (kesucian). Sebagai sais tentunya tidak mudah untuk mengendalikan empat kuda yang berbeda sifat dan kebutuhannya. Jika sang sais mampu mengendalikan dan bekerja sama dengan ke empat ekor kudanya dengan baik dan seimbang, maka kereta akan berjalan lancar sampai ke tujuan akhir, ke- SANGKAN PARANING DUMADI

Coba cocokkan ajaran ini dengan ajaran yang ada dalam Tassawuf tentang nafsu. Jika Anda sudah menemukannya dan memahaminya, apakah Anda masih berkata bahwa budaya kita sama sekali melenceng dari apa yang telah diperintahkan oleh Sang Maha Pencipta? Suatu ajaran, tuntunan, atau agama; bukanlah sesuatu yang harus kalian paksakan ke orang lain. Karena Rasa Sadar akan adanya Sang Pencipta merupakan hal mutlak yang telah ada di diri tiap-tiap makhluk. Ingat, kita semua adalah SAUDARA. Banyak hal penting yang harus di kerjakan BERSAMA, namun selama ini tidak terselesaikan hanya karena ATRIBUT.

Eling!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar